PERANG ARAB-ISRAEL

Berdasarkan Peta Jalan Damai sesuai dengan Resoluasi PBB 1947, Yasser Arafat dan Yitzhak Rabin menyetujui berdirinya dua negara,damai berdampingan, yakni Israel dan Palestina

Berdasarkan Peta Jalan Damai sesuai dengan Resoluasi PBB 1947, Yasser Arafat dan Yitzhak Rabin menyetujui berdirinya dua negara,damai berdampingan, yakni Israel dan Palestina

Perang Arab-Israel

Oleh: Hamka Haq

Perang Arab-Israel adl perang antara dua bangsa serumpun (saudara sepupu), dari nenek moyang bersama, Ibrahim (Abraham), yg melibatkan agama Islam-Yahudi.  Andaikata bgs Arab Palestina berbesar hati menerima Israel sejak awal, maka wilayah negara Israel (Tel Aviv dan sekitarnya) tidak seluas sekarang. Tapi, bangsa Arab yang ngotot itu berperang terus-menerus, namun selalu kalah melawan teknologi perang Israel, akhirnya Israel merebut wilayah lebih luas lagi dalam Perang 1967, sampai ke kota suci Jerussalem.  Sekrg wilayah Israel makin luas, sementara Palestina makin terdesak, bgs Arab yg dahulu pernah ngotot membantu perjuangan Palestina  sprti Arab Saudi pun semakin tdk lagi mendukung Palestina.

Di depan mahsiswa S3 UIN Makassar, saya pernah nyatakan bhw umat Islam se dunia seharusnya bersyukur, Israel hanya mau ke Tel aviv di Palestina.  Coba kalau Israel ngotot kembali ke Madinah, yg dulu merupakan tanah air bersama dengan bangsa Arab  sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke sana, entah apa jadinya…?   Nabi Muhammad SAW ketika memimpin Madinah mepersaudarakan Arab (Muslim) dg bgs Yahudi di Madinah, dan sama2 menyusun kostitusi Madinah.  Namun, sepeninggal Nabi, Khalifah2 membuat kebijakan ekstrim, bahwa Madinah harus dihuni oleh 100% Muslim,  sehingga Yahudi harus keluar dari Madinah dan mengembara sampai Eropa. Palestina hampir mengalami nasib seperti Madinah  sehingga sebahagian besar Bani Israel keluar dari Palestina.   Keadaan berbalik, 13 abad kemudian, giliran bgs Arab Palestina meningglkan sbgian tanah airnya ketika negara Israel berdiri  dan menjadikan wilayah Arab yang direbutnya dlam Perang tahun 1967 sebagai wilayah penyanggah untuk keamanan negaranya (Tel Aviv dan sekitarnya).

Kini, Saatnya masyarakt dunia dgn segala ras dan agama berdamai membangun peradaban dunia baru yang tenteram dan maju.  Namun, Barat sengaja memelihara perang berlarut-larut antara Palestina-Israel, demi keuntungan politik dan industri senjata. Yaser Arafat, Pemimpin Palestina yang menerima jalan damai (perjanjian Oslo), dirawat di Eropa utk diracun dan mati(2004).  Yitzak Rabin PM Israel yg juga setuju jalan damai, dibunuh (1995) oleh mereka yg tidak menginginkan perdamaian segera.  Padahal Peta Jalan Damai itu sangat ideal untuk perdamaian abadi, karena bertolak dari Keputusan PBB pada tahun 1947 yang menghendaki adanya dua negara damai berdampingan di Palestina, yakni negara Israel (wilayah Tel Aviv) dan negara Palestina yang didominasi bangsa Arab mencakup semua wilayah di luar Tel Aviv.

Namun, nasib Peta Jalan Damai terkatung-katung akibat konflik internal pula dalam tubuh bangsa Palestina.  Konflik antara PLO yang didirikan oleh Yaser Arafat Presiden Otoritas Palestina I (pemukim Tepi Barat) dan Hamas yang dipimpin oleh Ismael Haniyah (pemukim Jalur Gaza) dikipas terus agar bangsa Arab Palestina tdk kunjung bersatu, guna memperlambat perdamaian.   Anehnya, sebagian umat Islam, termasuk di Indonesia tidak sadar terjebak dalam skenario itu, sehingga lebih senang berpihak pada Hamas yang jargon politiknya ialah jihad menghancurkan Israel.  Saking bencinya kepada Israel, maka aktifis Islam di Indonesia memilih berpihak pada jihad perang yang dilancarkan oleh pimpinan Hamas, Ismael Haniyah, yang juga menjabat PM Palestina, ketimbang mendukung proses perdamaian yang ditempuh oleh Mahmud Abbas Presiden Palestina dan Pimpinan PLO penerus Yaser Arafat.  Dunia Islam harusnya tahu bahwa realitas perjuangan secara damai jauh lebih menguntungkan ketimbang perang terus-menerus.  Perjauangan Mahmud Abbas untuk meneruskan Peta Jalan Damai, akhirnya mendapat simpati dari PBB, yang kemudian secara resmi badan dunia tersebut  mengakui Palestina sebagai Negara anggota PBB, status Peninjau.  Mestinya upaya damai Mahmud Abbas inilah yang harus didukung oleh dunia Islam internasional, ketimbang menghabiskan generasi Palestina hanya untuk berperang tanpa diketahui kapan berakhirnya.

Saya yakin semuanya adalah skenario kepentingan Barat yg tidk ingin melihat Palestina-Israel damai dlm waktu singkat.  Konflik Palestina-Israel, sengaja dipelihara karena bagi Amerika sangat penting, utuk dijual dalam setiap kampanye Pilpres AS, dan utk keutungan bisnis senjata.