Menyambut hangat gelar Bung Karno sebagai Pahlawan Nasional, berikut ini kami kutipkan bahagian dari buku Mengabdi Bangsa bersama Presiden Megawati, halam 39 – 44, karya Prof.Dr.H.Hamka Haq, MA:
Ideologi Kerakyatan, Bukan Sosialis Komunis!
Terminologi “kesejahteraan rakyat” dan “amanat penderitaan rakyat”, telah digunakan sebagai instrumen logika dan retorika Bung Karno dahulu untuk menentang habis-habisan kapitalis, liberalis, imperialis dan kolonialis. Karena sikapnya seperti itu, maka Bung Karno pun dianggap cenderung ke aliran sosialis, bahkan lebih ekstrim lagi dipandang sebagai berpaham Komunis. Di atas tuduhan inilah, terutama oleh pihak militer, kemudian Bung Karno dilengserkan dan selalu dinistakan sepanjang era Orde Baru.
Sehubungan dengan tuduhan itu, suatu ketika sebelum menjadi Presiden, Megawati diundang ceramah di depan petinggi dan peserta diklat milter. Salah satu peserta menanyakan tentang sikapnya terhadap Bung Karno, “Apakah Bung Karno itu sebagai pengkhianat bangsa atau bukan”? Terlepas dari statusnya debagai puteri Bung Karno, Ibu Mega menjawab dengan tegas, bahwa Bung Karno bukanlah pengkhianat bangsa. Justru ia dijatuhkan oleh razim Orde Baru, karena Bung Karno memegang prinsip membela bangsa dan rakyatnya. Bung Karno tidak mau tunduk pada kemauan Barat, terutama Amerika dalam sejumlah kebijakan ekonomi dan pertahanannya, serta kepeloporannya membangun Gerakan Non Blok. Ia teguh pada prinsip membangun ekonomi di atas kaki sendiri (Berdikari). Keteguhan prinsipnya itu membuat Barat tdak senang, sehingga dengan bantuan intelejen Barat, Bung Karno dilengserkan oleh Orde Baru.[1]
Sehubungan dengan tuduhan yang menghina dan menista tadi, bahwa Bung Karno adalah Komunis atau pengkhianat, maka sebelum mengakhiri bagian ini, penulis sengaja menurunkan penggalan dialog Ibu Mega dalam sebuah acara “Kick Andy” asuhan Andy F.Noya, sebagai berikut:[2]
Andy: Bu Mega, sampai sekarang masih terjadi kontroversi bahkan belakangan ada buku atau mulai muncul buku-buku yang mengatakan Bung Karno itu sebenarnya Komunis. Bagaimana Anda melihat kontroversi Bung Karno sebagai Nasionalis atau sebagai Komunis?
Mega: Enggak usahlah pakai poltik tinggi-tinggi ya, politik simple sajalah, bahasa rakyat. Jadi kan kalau dipikir, saya itu sampai tertawa sendiri akhirnya; ketika itu apa yang tidak dipegang oleh Bung Karno, Presiden seumur hidup, itu diberikan oleh MPRS. Lalu sudah Panglima Tertinggi, Panglima Besar Revolusi; oleh Nahdhatul Ulama (NU) pun diberikan suatu gelar Khalifah (Khalifah Dhoruriy bi al-Syaukah- pen.), sampai hari ini gelar tersebut belum pernah dicabut. Lha kalau terus dibilang Bung Karno itu Komunis, aneh ya. Dapat gelar dan ngga pernah dicabut sampai hari ini lho. Lalu bagaimana?
Itu tadi yang saya bilang, di politik itu kan dua itu tadi, ini menyudutkannya luar biasa sekali. Lalu saya juga dengar Bung Karno itu bersama PKI ingin mengkudeta…, siapa yang mau dikudeta?. Beliau Presiden seumur hidup, Pemimpin Besar Revolusi, Panglima Tertinggi yang pada waktu itu kekuatan armada kita di Asia Tengara itu sangat ditakuti.
Andy: Jadi semua yang Anda ucapkan ini otomatis membantah dugaan-dugaan orang bahwa Bung Karno adalah Komunis?
Mega: Ya tentu sajalah. Kadang-kadang saya pikir, kalau debat panjang lebar, lalu memakai referensi buku dari luar dan sebagainya….. Capek deh …..
Suatu pagi saya ingat, beliau sedang mencukur jenggot. Ketika beliau tahu saya ingin menawarkan sarapan. Jadi dikeluarkan dari saku celananya. Stop?, Mesti diceritakan?
Andy: Iya dong…
Mega: Beliau itu kan bersahabat dengan Betrand Russel, seorang budayawan, filsuf yang sangat terkenal waktu itu.
Andy: Jadi yang diperlihatkan apa?
Mega: Itu adalah telegram dari beliau yang bilang “Dear friend Soekarno”, gitu. Ini ada list dan ternyata nomor satu bapak saya yang akan digulingkan. Nah saya bilang, “keren Pak, nomer satu”. Cukup….
Andy: Masih jadi rahasia nih?
Mega: Iya …
Andy: Jadi intinya apa?
Mega: Intinya bahwa itu tadi, di politik ada dua, kan: orang tidak tahu, atau memang mau disudutkan. Ini kan beliau disudutkan. Menurut saya, bukan karena saya anaknya lho, tapi karena saya melihat ada suatu permainan pada waktu itu, yaitu harus dipelajari sebagai sejarah bangsa, kenapa? Karena Indonesia pada waktu itu, apa sih, saya sangat bangga sekali, tadi saya bilang kekuatan militer kita pada waktu itu di Asia Tenggara hebat sekali, sangat diakui. Lalu berikutnya, di Indonesia pernah ada Konferensi Asia Afrika, lalu ada juga dibuatnya KTT Non Block di Beograd, saya waktu itu dengan kakak saya, dan saya merupakan anggota termuda dari delegasi. Itu yang saya bilang, ada hal-hal yang mungkin sangat jarang dialami oleh orang.”
Mengenai kejatuhan Bung Karno, yang menurut Ibu Mega adalah bahagian dari rencana sistematis Barat untuk menjatuhkan sejumlah pemimpin negara, mendapat pembenaran dalam tulisan Selamat Ginting pada harian Republika, Rabu 12 Oktober 2011. Pada tulisan yang berjudul “Jakarta Punya ‘Kudeta’, Pinochet Punya Junta”, Ginting menyatakan:
“Diduga sangat kuat bahwa kedua persitiwa, baik di Santiago, Cile, maupun Jakarta Indonesia, sama-sama didukung oleh kekuatan Central Intelligence Agency (CIA) yang merupakan agen rahasia pemerintah Amerika Serikat. Baru-baru ini sebuah dokumen operasi intelijen CIA 1964-1966 yang lengkap dari Amerika Serikat telah dibuka pada publik internasional. Dokumen tersebut antara lain berisi tentang kejatuhan Presiden Soekarno.”[3]
Pada alinea lain, Ginting selanjutnya menulis:
“Jangan lupa, di Jakarta juga beredar dokumen Gilchrist—sebuah dokumen yang banyak dikutip surat kabar pada 1965 soal keterlibatan blok Barat dalam penggulingan Soekarno di Indonesia. Dokumen ini berasal dari sebuah telegram dari Duta Besar Inggeris di Jakarta yang bernama Andrew Gilchrist yang ditujukan pada Kantor Kementerian Luar Negeri Inggeris. Telegram ini mengacu pada rencana gabungan internasional militer AS dan Inggeris di Indonesia”[4]
Menyimak pernyataan Megawati dan tulisan Selamat Ginting di atas, maka kesimpulannya adalah bahwa kejatuhan Bung Karno setelah peristiwa G.30 S., itu adalah rekayasa Barat, yang tidak senang atas sikap Bung Karno sebagai anti neo kolonialisme (nekolim) AS dan Inggeris. Penggulingan Bung Karno, disertai dengan tuduhan bahwa beliau adalah sosialis komunis merupakan fitnah dan kezaliman yang tiada taranya, naudzu billah.
[1] Hal ini diungkap kembali ketika Ibu Mega menerima PPAD (Persatuan Purnawirwasan Angkatan Darat) beraudiensi di Kantor DPP PDI Perjuangan, tanggal 12 Agustus 2011, seusai beliau mendampingi Bapak Taufieq Kiemas menerima anugerah Bintang Adipradana di Istana Merdeka pada hari itu juga.
[2] Megawati, Megawati Menjawab, Transkrip dialog dalam acara “Kick Andy” asuhan Andy F.Noya, Metro TV, tgl. 19 dan 26 Desember 2008, (Jakarta: PDI Perjuangan, 2009), h. 41-53.
[3]Selamat Ginting, Jakarta Punya ‘Kudeta’ Pinochet Punya Junta, (Republika, Rabu 12 Oktober 2011), h. 23.
[4]Ibid.