PEDOMAN SHALAT IED AL-FITHRI DAN IED AL-ADH’HA
Disari oleh:
Prof. Dr. H. HAMKA HAQ, MA
A. PERSIAPAN
1. Menyiapkan lapangan untuk shalat. Berdasarkan sunnah Nabi Muhammad SAW; beliau bershalat hari raya (Iedil Fitri dan Iedil Adhha) di lapangan, guna menghimpun banyak orang termasuk mereka yang tidak bershalat karena udzur dan haid, demi syiar Islam. Kecuali dalam keadaan hujan, maka shalat ied dipindahkan ke dalam masjid, berdasarkan hadits:
Wa `an Abi Hurayrah, R.A, “Annahum ashabahum mathar fiy yawmi `ied fashalla bihim Al-Nabiyu SAW shalata al-`ied fi al-masjid. H.R.Abu Dawud.
(Dari Abi Hurairah RA. Bahwa mereka kehujanan pada hari raya ied, maka Nabi SAW bershalat ied bersama mereka dalam masjid).
Menurut Imam Al-Syafi`iy, jika masjid itu sangat luas menyerupai lapangan, atau di kampung itu tidak terdapat tanah yang lapang, maka shalat `ied ditempatkan dalam masjid, seperti yang berlaku di masjidil haram Mekah.
2. Disunahkan sebelum menuju tempat shalat idil fitri, memakan makanan ringan sebagai simbol berakhirnya puasa. Nabi SAW memakan tamar (kurma) sebelum menuju bershalat:
Wa`an Anas RA., qala:”Kana Rasulullahi SAW la yaghduw ay yakhruju waqta al-ghadati yawma al-fithri ay ila al-mushalla hatta ya’kula tamarat”. Akhrajah al-Bukhariy
(Dari Anas RA berkata: Adalah Rasulllah SAW tidak keluar di pagi iedil fitri ke tempat shalat sebelum mencicipi beberapa biji kurma, H.R.Bukhari)
Berbeda dengan Idil Adhha, Nabi SAW tidak memakan apa-apa sampai selesai shalat iedil Adhha:
Wa ‘an Abi Buraydah, ‘an abihi, R.A., qala: “Kana al-Nabiyu SAW la yakhruju yawma al-fithri hatta yath`ama, wala yath`ama yawm al-adhha hatta yushalli.
(Dari Abi Buraidah dari bapaknya RA, berkata: adalah Nabi SAW tidak keluar bershalat iedil fitri sebeum makan, dan tidak makan pada iedil Adhha sampai selesai shalat, H.R.Ahmad, turmudzi, dan disahkan oleh Ibn Hibban)
3. Disunahkan berpakaian bagus dan indah, serta memakai harum-haruman:
Akhrajahu al-Hakim min hadits al-Hasan al-Sabath, qala: “Amarana Rasulullah SAW fi al-`iedayni an nalbasa ajwada ma najid wa an natathayyaba biajwada ma najidu.
(Al-Hakim meriwayatkan dari hadits Al-Hasan Al-Sabath, berkata: Rasulullah SAW memerintahkan kami pada dua hari raya untuk berpakaian indah semampu kami, dan berhias semampu kami).
4. Takbir secara berjamaah dilakukan untuk menyambut datangnya hari raya Ied. Lafal takbir menurut jumhur adalah:
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. La ilaha illa Allahu Akbar. Allahu Akbar walillahi al-hamd.
Takbir tersebut diulang berkali-kali, dan setiap sesi ditutup dengan takbir berikut:
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Kabira(n) walhamdu lillahi katsira(n) wasubhanallahi bukrata(n) waashila. La ilaha illa Allahu, Allahu Akbar. Allahu Akbar walillahi al-hamd.
Waktu takbir tersebut, mulai keluarnya imam ke tempat shalat sampai awal khutbah. Namun, demi syiar Islam, tradisi kita ialah bertakbir sejak Ashar pada hari terakhir Ramadhan. Ada yang mewajibkan berdasarkan Q.S.al-Baqarah yang berbunyi: walitukabbiru Allah `ala ma hadakum. Namun jumhur memandangnya sunah, yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yakni Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh. Adapun takbir Iedil Adhha, dimulai dari Shubuh hari Arafah / 9 Dzulhijjah sampai akhir hari tasyriq / 13 Dzulhijjah (Lihat dlm Kitab Subul al-Salam
B. PELAKSANAAN SHALAT
1. Seperti shalat lainnya, sebelum bershalat ied, seseorang disyaratkan bersih dari najis, berwudhu (mandi), pakaian dan tempat bershalat harus bersih dari najis.
2. Tidak ada shalat sunat mendahului shalat ied di lapangan, kecuali jika shalat ied di masjid, ada shalat tahyatul masjid, atau sekadar shalat pengiring wudhu dua rakaat.
Wa ‘an Ibni Abbas, RA., anna al-Nabiya SAW shalla yawma al-`iedi rak`atayni lam yushalli qablahuma wala ba`dahuma.
(Dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Nabi SAW bershalat ied dua arakaat, tidak melakukan shalat sebelumnya dan sesudahnya).
3. Tidak ada adzan dan iqamat mendahului shalat ied. Imam langsung berdiri untuk shalat, yang biasanya didahului aba-aba:al-shalatu jami`ah rahimakumullah.
Wa’anhu ay Ibni Abbas, anna al-Nabiya SAW shalla al-`ied bila adzan wa la iqamah
(Dari Ibni Abbas, bahwasanya Nabi SAW bershalat ied tanpa didahului azan dan iqamah, HR. Abu Dawud, berasal dari Bukhari).
4. Shalat didahulukan daripada khutbah, berbeda dengan shalat Jum`at yang mendahulukan khutbah dari shalat.:
Wa’an Ibni Umar RA, qala: “Kana Rasulullahi SAW wa Abu Bakar wa Umar yushalluna al-`iedayni qabla al-khutbah. Muttafaq `alaih
(Dari Ibnu Umar RA, berkata: Adalah Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar melaksanakan shalat ied sebelum khutbah. Mut. Alaih)
Bagi khatib yang mau duduk antara dua khutbah, dibolehkan, dengan alasan sbb.:
Wa la`alla lam yatsbut dzalika min fi`lih SAW wa innama shana`ahu al-nasu qiyasan `ala al-jum`ah
(Boleh jadi hal itu tidak jelas dari amalan Nabi SAW, tetapi dilakukan banyak orang karena menyamakannya dengan khutbah Jum`at).
5. Shalat ied sebanyak 2 (dua) rakaat. Rakaat pertama dimulai takbiratul ihram, disertai dengan niat dalam hati, atau dengan lafazh:
Ushalli sunnata iedil fitri (`ied al-adh`ha) rak`atain Imaman (bagi imam), ma’muman (bagi makmum) lillahi ta`la.
(Aku sengaja bershalat sunat iedil fithri dua rakaat, makmum karena Allah taala.)
6. Pada rakaat pertama, sesudah takbiratul ihram, ditambah sebanyak 7 (tujuh) takbir, sedang pada rakaat kedua sebanyak 5 (lima) takbir sesudah bangkit dari sujud. Antara satu takbir dengan takbir berikutnya diucapkan: Subhanallahi walhamdu lillahi wala ilaha illa `Llahu, Allahu Akbar.
Wa `an `Amru bin Syu`ayb, `an Abihi, `an jaddihi, RA., qala: qala al-Nabiyu SAW: “Al-Takbiru fi al-fithri sab`h fiy al-ula, wa khamsah fiy al-ukhra wa al-qira’at ba`dahuma kilataihima, ahkrajahu Abu Dawud wa naqala al-Turmudzi `an al-Bukhari tashhihah.
(Dari Amr bin Syuaib, dari bapaknya, dari neneknya RA, berkata: bersabda Nabi SAW, takbir dalam shalat Iedil Fitri sebanyak 7 (tujuh) kali pada rakaat pertama dan 5 (lima) kali pada rakaat akhir, lalu bacaan ayat masing-masing sesudahnya. HR Abu Dawud dan Turmudzi menuqilkan dari Bukhari)
C. SELESAI SHALAT
1. Disunahkan ketika kembali dari shalat untuk melalui jalan yang berbeda.
Wa`an Jabir RA., qala: “Kana Rasulullahi SAW: idza kana yawmu al-`iedi khalaf al-thariq, akharahu al-Bukhariy.
(Dari Jabir RA, berkata: adalah Rasulullah SAW pada hari ied menempuh jalan yang berbeda, HR Bukhari)
2. Disunatkan bershalat dua rakaat setiba di rumah:
Wa`n Abi Sa`ied RA., qala: “kana Rasulullahi SAW la yushalli qabla al-`iedi syaia(n) fa idza raja`a ila manzilihi shalla rak`atayni.
(Dari Abi Said RA, berkata: Adalah Nabi SAW tidak melakukan shalat sebelum shalat ied, dan ketika pulang ke rumahnya, beliau bershalat dua rakaat, HR. Ibnu Majah).
Wa ‘llahu A’lam bi al-Shawab
Diterbitkan oleh:
Baitul Muslimin Indonesia